TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ICT



CARA GURU MATEMATIKA MENJAGA EKSISTENSINYA DALAM PENGAJARAN AGAR TAK TERGESER OLEH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI  DARI SEGI DIMENSI KOGNITIF

      Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan balajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986:195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
      Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
      Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah teknologi yang berkembang sangat pesat dan dahsyat saat ini.TIK adalah teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dengan berbagi cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dan digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan sebagai pertimbangan strategis untuk pengambilan keputusan. Integrasi TIK dalam pembelajaran adalah peluang sekaligus tantangan yang besar.Penggunaan TIK sebagai teknologi pendidikan baru secara strategis dipandang mampu meningkatkan proses dan hasil belajar.Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diyakini akan: (a) meningkatkan kualitas pembelajaran; (b) mengembangkan keterampilan TIK yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya nanti; (c) memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran; (d) menjawab keharusan berpartisipasi dalam penggunaan TIK; (e) mengefisienkan biaya pendidikan; dan (f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan (Pannen, Yunus, & Prakoso, 2003).
      Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, meskipun perkembangan teknologi pembelajaran berkembang pesat, namun dalam kehidupan masyarakat indonesia yang bersifat multikultur peranan guru tetap dominan. Dalam proses pendidikan khususnya proses pembelajaran, peran guru tidak dapat digantikan oleh teknologi.Guru merupakan bagian integral dari sumber daya pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan sebuah pendidikan. Guru merupakan sebuah kunci dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan. Guru berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif.
      Dari gambaran penting dan strategisnya peran fungsi guru di atas, maka kompetensi guru harus terus dikembangkan dari masa ke masa. Kemampuan mengajar dan mendidik harus terus diasah agar mampu dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta tidak tergeser oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Salah satu dari lima indikator dimensi dalam menganalisis penerapan teknologi informasi dan komunikasi adalah dari segi dimensi kognitif.
     Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Pembelajaran kognitif yang diterapkan pada anak harus diajarkan melalui bahasa sehari-hari dengan contoh yang ada pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dimaksudkan agar anak dapat memahami konsep-konsep menjadi sesuatu yang konkret dan nyata.
      Didalam dimensi kognitif terdapat tiga indikator dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi yaitu indikator kognitif, konsep yang digunakan serta peran kognitif teknologi komunikasi dan informasi. Dibawah ini adalah beberapa kelebihan peran yang dimiliki oleh guru dalam proses pembelajaran yang tidak dimiliki oleh teknologi informasi dan komunikasi dari segi dimensi kognitif.

  • Menurut pendapat Guilford (Hildebrand,dalam Moeslihatoen,1996) untuk membantu pengembangan kognitif, anak perlu dibekali pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan observasi dan mendengarkan dengan tepat. Seorang guru dapat merancang pembelajaran melalui kegiatan observasi secara langsung yang tidak dapat dilakukan dalam pembelajaran dengan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Contohnya dalam pembelajaran matematika yaitu pada materi statistika, seorang guru dapat mengajak siswa-siswanya untuk melakukan observasi secara langsung dalam menentukan data dari banyaknya kendaraan berupa sepeda, motor, dan mobil yang melintas dijalan raya pada pukul 10.00 – 10.15 WIB.
  • Kemampuan kognitif diperlukan anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang ia lihat, dengar, rasa, raba ataupun dicium melalui pancaindera yang dimilikinya. Didalam proses pembelajaran matematika pada materi bangun ruang, seorang guru dapat menunjukkan secara langsung kepada siswa bahwa penghapus papan tulis adalah contoh bangun ruang balok yang memiliki 6 sisi dan 12 rusuk. Siswa dapat melihat dan meraba secara langsung yang dimaksud dengan sisi dan juga rusuk yang tidak dapat dilakukan ketika mereka belajar dengan mengunakan teknologi infomasi dan komunikasi.
  • Pada proses pembelajaran matematika, salah satu peran guru yaitu untuk membantu peserta didik agar belajar secara aktif dan kreatif, sedangkan peserta didik menerima berbagai konsep atau pengetahuan yang ditransformasikan oleh guru. Seorang guru harus menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi dan mengkontruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain guru berperan sebagai fasilitator dalam peserta didik mengkonstruktivis pengetahuannya. Hal ini tidak dapat dilakukan peserta didik jika belajar dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
  • Dari segi sosial budaya, guru tidak sekedar hanya memberi ilmu-ilmu, akan tetapi juga memberi tauladan nilai-nilai atau moral dan juga budi pekerti. Di sisi lain memang teknologi informasi dan komunikasi juga bisa memberikan masukan-masukan tentang budi pekerti, akhlak dan juga moral. Akan tetapi hanya dalam bentuk teori dan wacana untuk di baca, pahami dan pelajari. Sedangkan  budi pekerti, akhlak dan juga moral yang diajarkan melalui keteladanan secara langsung dari guru akan merasuk dan akan lebih masuk kedalam kepribadian siswa. Selain itu didalam kelas siswa juga harus memperhatikan guru yang sedang mengajar, mendengarkan dan juga ada hubungan tatap muka secara langsung. Jadi siswa dapat mencontoh tauladan yang guru berikan melalui gerakannya, perilakunya dan juga melalui pengalaman seorang guru yang disampaikan kepada siswanya. Hal tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa siswa dapatkan jika belajar dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi saja.
  • Seorang guru dalam proses pembelajaran matematika dapat menggunkan konsep yang berbeda tergantung dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini yang tidak dimiliki oleh pembelajaran dengan mengunakan teknologi informasi dan komunikasi. Pada pembelajaran tersebut hanya mengunakan satu konsep untuk kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda sehingga hasilnya tidak efektif dan efisien.
  • Pada proses pembelajaran matematika secara langsung, seorang guru dapat mengajar dengan melihat kondisi peserta didiknya. Jika  peserta didik tidak terlihat aktif dalam pembelajaran maka guru tersebut dapat langsung memancing dengan menerapkan pembelajaran yang aktif. Selain itu guru juga dapat mengetahui peserta didik yang belum memahami pelajaran dan bisa melakukan pengajaran ulang secara langsung kepada peserta didik tersebut. Sedangkan dalam pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat mengetahui indikator tersebut.

      Eksistensi guru atau pengajar hendaknya jangan sampai tergulirkan dengan hadirnya teknologi. Justru dengan adanya teknologi, seorang guru lebih bisa mengeksistensikan dirinya sebagai pengajar yang profesional dan handal yang mampu mengerakkan kreatifitas dan kemandirian dalam jiwa peserta didik. Jika seorang guru tidak mampu memaknai eksistensi dirinya sebagai guru atau pengajar ditengah arus modernitas seperti ini, maka mereka akan tergerus dalam kehidupan yang tercipta dari tangan-tangan teknologi yang semakin canggih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI DUAL CODING

3 ASUMSI DASAR DALAM COGNITIVE MULTIMEDIA LEARNING

7 PRINSIP MULTIMEDIA PEMBELAJARAN